PENDAPAT MASYARAKAT ATAU TOKOH MASYARAKAT MENGENAI KOPERASI DI INDONESIA
Disini saya mencantumkan salah satu pendapat masyarakat mengenai koperasi di indonesia.
1. Pendapat Ibu Susan Sutardjo (Masyarakat)
Dengan
pola minimnya kaderisasi, sudah bisa ditebak, koperasi di Indonesia menjadi
lembaga bisnis tua dengan pola tradisional, dan dikendalikan dengan cara
yang sangat konvensional alias kuno. Akhirnya, usaha yang dipilih pun di bidang
low risk, apalagi kalau bukan memutar uang alias simpan pinjam.
Sehingga, jangan heran jika apapun jenis koperasinya, bisa dipastikan koperasi
yang bersangkutan membesut usaha simpan pinjam (USP). Pasalnya, jenis USP ini
yang paling mudah dioperasikan. Di mana-mana orang pasti butuh duit. Sedangkan
jenis bisnis lain lebih repot, perlu inovasi, dan memiliki tingkat resiko
lebih tinggi.
Kepemimpinan
para sesepuh memang kaya pengalaman, tapi tidak berani mengambil resiko dan
minim inovasi karena faktor usia. Bagaimana mungkin bisnis koperasi
bisa maju, jika tongkat komando ada pada para sesepuh. Padahal,
bisnis berjalan sangat dinamis. Kondisi masih lumayan jika para sesepuh yang
menjadi pengurus tidak menjadi eksekutif. Tapi, akan sangat fatal jika pengurus
yang diisi golongan tua itu juga menjadi eksekutif koperasi. Sehingga, bisa
dipastikan ketika bisnis koperasi dalam ambang kehancuran, tidak ada langkah
cepat ataupun strategi inovatif untuk menyelamatkan kapal koperasi yang
hampir karam.
Bagi golongan
tua masih ingin berkarya, sudah seharusnya mereka ikhlas berada di balik layar,
menjadi penasehat dan pengarah bagi kaum muda yang memegang roda kemudi bisnis
koperasi. Keberadaan para sesepuh tetap diperlukan bagi kemajuan koperasi.
Tetapi, porsi dan perannya harus proporsional.
Jika
koperasi mau maju dan dilirik generasi muda, sudah saatnya pegiat
koperasi fokus pada kaderisasi koperasi. Selain penting
untuk mengembangkan bisnis koperasi, regenerasi juga urgen untuk
menjaga sustainable organisasi koperasi.
Pendapat saya mengenai pendapat mengenai koperasi di
atas adalah.
Setelah saya cermati, kondisi yang dituturkan sang
ekonom itu memang jamak dijumpai pada koperasi di tanah air. Ada
yang menjadi pengurus hingga 30 tahun, 35 tahun, bahkan sampai meninggal.
Uniknya, para pengurus sejati itu tidak malu tapi malah bangga karena
mereka anggap sebagai prestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar