Tak ada kata lelah untuk Ibu
Oleh : Tania anjani
“Kukkuruyuukkk… Kukkkuurrruuuyyuukkk…” Suara ayam jantan
yang sedang berkokok dengan gagahnya membangunkanku di tengah kegelapan pagi.
Suasana pagi yang sangat dingin, membuatku enggan untuk beranjak dari tempat
tidurku yang hangat. Jam sudah menunjukkan pukul ham 5 pagi. Waktu yang sangat
pagi untuk terjaga di kota besar seperti Jakarta ini.
“Dinaaaaaaaa, bangun Nak, sholat shubuh dulu”. Suara Ibu
membangunkanku yang masih nyaman berselimut. “ Iya Bu”. Kata ku menjawab.
Pagi hari ku dimulai dengan bersujud kepada yang Maha Kuasa
agar disetiap harinya selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
beraktifitas. Sarapan terlebih dahulu untuk mengisi tenaga sebelum berjibaku
dengan kemacetan ibu kota Jakarta. Aku bekerja disebuah perusahaan otomotif
sebagai karyawan swasta. Namun aku mempunyai cita-cita untuk membahagiakan
orangtua ku, terutama Ibu. Ibu ku ingin melihat anaknya menjadi seorang
sarjana. Aku sangat ingin mewujudkan itu.
“ Selamat pagi Pak, ada yang bisa saya bantu”? Sesampai ku
dikantor dengan ramah melayani setiap customer yang dateng.
“ Pagi Mba , saya ingin melakukan servis kendaraan saya “.
“ Baik Pak, mohon
tunggu sebentar akan saya daftarkan”.
Begitulah kegiatanku selama jam kerja, mulai pukul 8 pagi
hingga ham 5 sore. Aku sudah bekerja selama satu tahun diperusahaan ini. Tabunganku
sudah cukup untuk membayar biaya masuk kuliah tahun ini. Uang yang aku
kumpulkan sedikit-demi sedikit demi mewujudkan impianku serta Ibuku untuk
melihatku menjadi seorang sarjana. Aku harus berusaha sendiri mencari biaya
agar bisa kuliah karena pendapatan orang tuaku yang hanya cukup untuk memenuhi
biaya sehari-hari serta biaya sekolah adikku yang sekarang duduk dikelas 3 SMP.
Setelah sampai dirumah aku ingin mengatakan keinginan ku
untuk daftar kuliah kepada Ibu.
“ Bu, uang tabungan Dina Insyaalah sudah cukup untuk biaya daftar
masuk kuliah, aku minta izin sama Ibu untuk daftar kuliah tahun ini. Dina sangat
ingin menjadi sarjana Bu, ingin menjadi kebanggan Ibu dan Ayah, aku ingin
membuat Ibu bahagia” sembari memeluk ibu ku katakan niaat tulus dan semangat ku
untuk berkuliah.
“ Alhamduliah din, kalau kamu bercita-cita ingin menjadi
sarjana, Ibu akan selalu mendoakan kamu agar kamu selalu diberikan kemudahan
dan kelancaran, Ibu sangat bangga padamu Nak, tapi untuk biaya kuliahnya apakah
kamu sanggup Nak untuk memenuhinya sendiri, karena penghasilan Ibu dan Ayah hanya
cukup untuk kebutuhan sehari-hari”. Jawab Ibu dengan muka terharu sekaligus
bahagia mendengar anaknya ingin melanjutkan kuliah
“ Insyaalah Bu, Dina akan berusaha untuk memenuhi biaya
kuliah Dina dari gaji Dina selama satu bulan, Ibu doakan saja ya semoga lancar”.
Kata ku dengan yakin sembari memegang tangan Ibu.
Aku pun mengikuti tes masuk perkuliahan dan dinyatakan lulus
dengan nilai rat-rata tertinggi, sehingga mendapatkan keringanan dalam
pembayaran.
Hari demi hari ku jalani masa perkuliahan , ternyata tidak
semudah yang aku bayangkan. Melakoni dua profesi secara bersamaan membuatku
sering merasa lelah dengan frustasi. Pagi hingga sore harus bekerja keras di
kantor, selepas mahgrib harus berkonsentrasi untuk mengikuti perkuliahan. Malam
hari pun harus ku gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk dari
setiap dosen. Tapi, aku ingat semangat yang Ibu berikan kepadaku agar aku bisa
menjadi seorang sarjana.
Kehidupan yang tidak pernah mengenal kata istirahat, karena
terbentur biaya maka aku harus bekerja agar
bisa membayar kuliah. Banyak anak-anak diluar sana yang dengan seenaknya
menghamburkan uang orangtua nya dengan bermain-main selama masa perkuliahn.
Selama hampir emapt tahun kujalani, akhirnya tibalah saatnya
menyusun tugas akhir. Perjuangan yang sangat berat karena harus membagi waktu
dan konsentrasi antara bekerja dan mebuat skripsi.
Saat sidang pun tiba untuk menguji skripsiku, tidak lupa ku
memnita doa Ibu agar diberi kemudahan.
“Bu, Dina minta doanya ya agar aku diberi kemudahan dalam
menjalani sidang siang ini”. Kataku dengan lirih .
“ Iya Nak, Ibu akan berdoa dan berdzikir agar Dina diberi
kemudahan dalam menjalani sidang”. Jawab Ibu sambil memegang tasbih ditangannya.
“ Saudara Dina anda dinyatakan lulus” jawab ketua dosen
penguji
“ Alhamdulilah, Allahu Akbar “ ucapku dengan haru dan bangga
Perjuangan selama empat tahun akhirnya berbuah manis dengan
lulus menjadi seorang sarjana. Lelah dan letih pun serasa lenyap , yang selama
ini sangat berat.
Momen wisuda itu pun tiba. Memakai kebaya serta wajah yang
dirias oleh Ibu. Aku pun telah resmi menjadi seorang sarjana. Mewujudkan cita-cita
Ibu dan menjadi kebanggaanya.
“ Dina, Ibu sangat bangga padamu Nak, terima kasih Nak kmu
telah menjadi anak yang berbakti” ucap ibu sambil berurai air mata.
“ Terima kasih ya Bu, berkat doa Ibu Dina sekarang sudah
menjadi sarjana “ jawabku sambil memeluk Ibu.
Setiap usaha dan pengorbanan tidak ada yang sia-sia selama
diiringi niat tulus dari dalam hati untuk membahagiakan orang tua. Terima kasih
Ibu atas semangat dan doa yang membuatku selau berdiri tegar dalam menghadapi
segala masalah dan rintangan.