Rabu, 16 Oktober 2013

CERPEN REALITA SOSIAL



Tak ada kata lelah untuk Ibu
Oleh : Tania anjani

“Kukkuruyuukkk… Kukkkuurrruuuyyuukkk…” Suara ayam jantan yang sedang berkokok dengan gagahnya membangunkanku di tengah kegelapan pagi. Suasana pagi yang sangat dingin, membuatku enggan untuk beranjak dari tempat tidurku yang hangat. Jam sudah menunjukkan pukul ham 5 pagi. Waktu yang sangat pagi untuk terjaga di kota besar seperti Jakarta ini.
“Dinaaaaaaaa, bangun Nak, sholat shubuh dulu”. Suara Ibu membangunkanku yang masih nyaman berselimut. “ Iya Bu”. Kata ku menjawab.
Pagi hari ku dimulai dengan bersujud kepada yang Maha Kuasa agar disetiap harinya selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam beraktifitas. Sarapan terlebih dahulu untuk mengisi tenaga sebelum berjibaku dengan kemacetan ibu kota Jakarta. Aku bekerja disebuah perusahaan otomotif sebagai karyawan swasta. Namun aku mempunyai cita-cita untuk membahagiakan orangtua ku, terutama Ibu. Ibu ku ingin melihat anaknya menjadi seorang sarjana. Aku sangat ingin mewujudkan itu.
“ Selamat pagi Pak, ada yang bisa saya bantu”? Sesampai ku dikantor dengan ramah melayani setiap customer yang dateng.
“ Pagi Mba , saya ingin melakukan servis kendaraan saya “.
  Baik Pak, mohon tunggu sebentar akan saya daftarkan”.
Begitulah kegiatanku selama jam kerja, mulai pukul 8 pagi hingga ham 5 sore. Aku sudah bekerja selama satu tahun diperusahaan ini. Tabunganku sudah cukup untuk membayar biaya masuk kuliah tahun ini. Uang yang aku kumpulkan sedikit-demi sedikit demi mewujudkan impianku serta Ibuku untuk melihatku menjadi seorang sarjana. Aku harus berusaha sendiri mencari biaya agar bisa kuliah karena pendapatan orang tuaku yang hanya cukup untuk memenuhi biaya sehari-hari serta biaya sekolah adikku yang sekarang duduk dikelas 3 SMP.
Setelah sampai dirumah aku ingin mengatakan keinginan ku untuk daftar kuliah kepada Ibu.
“ Bu, uang tabungan Dina Insyaalah sudah cukup untuk biaya daftar masuk kuliah, aku minta izin sama Ibu untuk daftar kuliah tahun ini. Dina sangat ingin menjadi sarjana Bu, ingin menjadi kebanggan Ibu dan Ayah, aku ingin membuat Ibu bahagia” sembari memeluk ibu ku katakan niaat tulus dan semangat ku untuk berkuliah.
“ Alhamduliah din, kalau kamu bercita-cita ingin menjadi sarjana, Ibu akan selalu mendoakan kamu agar kamu selalu diberikan kemudahan dan kelancaran, Ibu sangat bangga padamu Nak, tapi untuk biaya kuliahnya apakah kamu sanggup Nak untuk memenuhinya sendiri, karena penghasilan Ibu dan Ayah hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari”. Jawab Ibu dengan muka terharu sekaligus bahagia mendengar anaknya ingin melanjutkan kuliah
“ Insyaalah Bu, Dina akan berusaha untuk memenuhi biaya kuliah Dina dari gaji Dina selama satu bulan, Ibu doakan saja ya semoga lancar”. Kata ku dengan yakin sembari memegang tangan Ibu.
Aku pun mengikuti tes masuk perkuliahan dan dinyatakan lulus dengan nilai rat-rata tertinggi, sehingga mendapatkan keringanan dalam pembayaran.
Hari demi hari ku jalani masa perkuliahan , ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Melakoni dua profesi secara bersamaan membuatku sering merasa lelah dengan frustasi. Pagi hingga sore harus bekerja keras di kantor, selepas mahgrib harus berkonsentrasi untuk mengikuti perkuliahan. Malam hari pun harus ku gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk dari setiap dosen. Tapi, aku ingat semangat yang Ibu berikan kepadaku agar aku bisa menjadi seorang sarjana.
Kehidupan yang tidak pernah mengenal kata istirahat, karena terbentur biaya maka aku harus bekerja agar  bisa membayar kuliah. Banyak anak-anak diluar sana yang dengan seenaknya menghamburkan uang orangtua nya dengan bermain-main selama masa perkuliahn.
Selama hampir emapt tahun kujalani, akhirnya tibalah saatnya menyusun tugas akhir. Perjuangan yang sangat berat karena harus membagi waktu dan konsentrasi antara bekerja dan mebuat skripsi.
Saat sidang pun tiba untuk menguji skripsiku, tidak lupa ku memnita doa Ibu agar diberi kemudahan.
“Bu, Dina minta doanya ya agar aku diberi kemudahan dalam menjalani sidang siang ini”. Kataku dengan lirih .
“ Iya Nak, Ibu akan berdoa dan berdzikir agar Dina diberi kemudahan dalam menjalani sidang”. Jawab Ibu sambil memegang tasbih ditangannya.
“ Saudara Dina anda dinyatakan lulus” jawab ketua dosen penguji
“ Alhamdulilah, Allahu Akbar “ ucapku dengan haru dan bangga
Perjuangan selama empat tahun akhirnya berbuah manis dengan lulus menjadi seorang sarjana. Lelah dan letih pun serasa lenyap , yang selama ini sangat berat.
Momen wisuda itu pun tiba. Memakai kebaya serta wajah yang dirias oleh Ibu. Aku pun telah resmi menjadi seorang sarjana. Mewujudkan cita-cita Ibu dan menjadi kebanggaanya.
“ Dina, Ibu sangat bangga padamu Nak, terima kasih Nak kmu telah menjadi anak yang berbakti” ucap ibu sambil berurai air mata.
“ Terima kasih ya Bu, berkat doa Ibu Dina sekarang sudah menjadi sarjana “ jawabku sambil memeluk Ibu.
Setiap usaha dan pengorbanan tidak ada yang sia-sia selama diiringi niat tulus dari dalam hati untuk membahagiakan orang tua. Terima kasih Ibu atas semangat dan doa yang membuatku selau berdiri tegar dalam menghadapi segala masalah dan rintangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar